"Ditengah semakin
sempitnya lahan untuk pertanian, budidaya dengan penerapan teknologi screen
house dapat menjadi pilihan, walaupun ada biaya yang harus dikeluarkan,
sebanding dengan hasil yang akan di dapat".
Mungkin ada yang bertanya, “Emang apa bedanya Screen House dengan Green House?”. antara keduanya tidaklah terlalu berbeda, persamaan tersebut seperti dalam hal bentuk konstruksi, baik menggunakan model piggy back (joglo), tunnel house atau shadinghouse tinggal kita menyesuaikan dengan daerah dimana screen house akan dibangun. Begitu juga bahan pembentuk konstruksinya pun sama, bisa menggunakan bahan dari bambu, kayu, beton atau dari besi.
Dikatakan Screen house karena bangunan house menggunakan screen sebagai media penutupnya. Sedangkan green house biasa menggunakan UV, Polykarbonat, plastik atau kaca sebagai penutup seluruh house atau sebagiannya. Kemudian, budidaya disini tanpa memakai drift irigation system yang biasa digunakan pada green house. Mengenai perbedaan antara keduanya secara lebih jauh akan dibahas dalam artikel lainnya.
Dengan menerapkan pola screen
house sederhana dapat memberkan beberapa
keuntungan, antara lain;
1. Pengaturan jadwal produksi.
Pertanian di Indonesia seperti
kita ketahui, sangat tergantung pada keadaan cuaca dan juga terkadang susah
diprediksi yang akhirnya petani sulit menentukan jenis tanaman yang akan
diproduksi, Dengan kondisi seperti ini, banyak petani terjebak karena salah
menentukan komoditas yang di tanam. Karena jika musim hujan terlalu
panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit seperti fusarium dan pembusukan
akar. Atau, jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air,
tingkat serangan hama tinggi yang akhirnya dengan kondisi tersebut menimbulkan
kerugian bagi petani seperti gagal panen atau biaya produksi yang tinggi. Untuk
meminimalisir kerugian tersebut, tentu harus dicari suatu solusi alternatif
bagi petani.
Budidaya dengan penerapan teknologi pertanian seperti screen house dapat menjadi salah satu pilihan solusi, hal ini karena, pengaturan jadwal produksi dapat dilakukan, seperti dengan menerapkan pola seri tanam yang terkontrol atau dengan mikroklimat yang diatur, sehingga inflasi produksi dapat ditekan, yaitu pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Dengan demikian, produksi budidaya secara mandiri dan berkesinambungan dapat dicapai dan ketergantungan pada lingkungan luar bisa diminimalisir.
Budidaya dengan penerapan teknologi pertanian seperti screen house dapat menjadi salah satu pilihan solusi, hal ini karena, pengaturan jadwal produksi dapat dilakukan, seperti dengan menerapkan pola seri tanam yang terkontrol atau dengan mikroklimat yang diatur, sehingga inflasi produksi dapat ditekan, yaitu pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Dengan demikian, produksi budidaya secara mandiri dan berkesinambungan dapat dicapai dan ketergantungan pada lingkungan luar bisa diminimalisir.
2. Meningkatkan hasil produksi
Selanjutnya, budidaya di dalam screen
house juga dapat meningkatkan hasil produksi lebih tinggi dibanding dengan
areal yang terbuka. Karena screen house, diantaranya dapat meningkatkan tingkat
harapan hidup dari bunga menjadi buah. Kondisi areal yang beratap dan lebih
tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi
gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan
fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi.
Seperti potensi munculnya bunga
pada tanaman cabai bisa mencapai 1000 bunga dalam satu siklus tanam. Didalam
screen house tingkat kerontokan bunga dapat diminimalisir dengan harapan hidup
bunga menjadi buah 300-400 buah, sedangkan di areal terbuka tingkat hidup bunga
yang menjadi buah hanya sekitar 80-120 buah dalam satu siklus tanam.
3. Konversi lahan
Sebagaimana disebut diatas pada
areal luasan yang sama, tingkat produksi budidaya di dalam screen house lebih
tinggi dibandingkan di luar screen house. Artinya, terjadi konversi lahan
setidaknya 1.5 - 3 kali dibanding budidaya diluar screen house. Hal ini tentu
dapat menjadi alternatif di tengah semakin sempit dan mahalnya lahan untuk
pertanian juga mengurangi tingginya biaya produksi dari pestisida, terlebih
bagi pertanian komoditas hortikultira.
4. Mengurangi biaya pestisida
Sama seperti green house, screen
house dapat memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Screen
dengan kerapatan mikron yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu
daun, tryps dan lainnya. Sehingga biaya pestisida dapat diminimalisir.
5. Meningkatkan kualitas produksi
Efek radiasi matahari seperti
sinar UV, angin, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan
residu pestisida tentunya akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan
kebersihan hasil produksi. Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dapat
memberikan hasil produksi tanaman yang berkwalitas baik ukuran maupun bentuk
visual produk.
6. Sarana agrowisata dan
penelitian
Budidaya dengan screen house dapat menjadi sarana
agrowisata dimana pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang kita
tanam, karena dengan screen house performence budidaya kita akan lebih terlihat
profesional dan, screen house dapat menjadi sarana penelitian bagi petani dan
civitas pertanian lainnya untuk dunia pertanian yang selalu dinamis
perkembangannya.